Stres sudah menjadi bagian dari kehidupan
kita masing-masing. Setiap manusia tidak ada yang sempurna dan tidak
dapat luput dari kekurangan atau kesulitan hidup. Berbagai persoalan
dalam hidup dapat membuat seseorang mengalami apa yang disebut dengan
stres. Untuk itu, mari kita kenali dahulu arti kata stres tersebut.
Menurut dr. Hans Selye, orang yang menemukan stres, beliau
mendefinisikan stres sebagai reaksi tubuh yang tidak menentu terhadap
apa yang dituntut dari tubuh itu (Sehnert, 1997). Ketika kita mengalami
stres, tubuh atau jiwa kita dapat berespon akibat tekanan dari sumber
stres yang kita alami. Sumber stres tersebut dapat berasal dari
lingkungan, pekerjaan, orang lain, dan sebagainya. Berbagai perubahan
akibat reaksi stres tersebut dapat terjadi pada fisik, emosi, pikiran,
dan tingkah laku kita. Sekarang, tinggal bagaimana cara kita mengenali,
mengatur dan mengatasi stres yang akan kita temui dalam kehidupan
sehari-hari.
Sebagai seorang remaja yang masih rentan terhadap berbagai persoalan
hidup, seringkali ketika menghadapi suatu masalah, hal tersebut menjadi
sebuah tekanan. Mengapa begitu? G. Stanley Hall mengemukakan bahwa
remaja adalah masa pergolakan yang diisi dengan konflik dan mood yang
mudah berganti-ganti (Santrock, 2006). Remaja adalah masa peralihan
dimana mereka masih berusaha mencoba-coba peran baru untuk menemukan
jati diri mereka. Seperti halnya juga dengan menjalin hubungan atau
pacaran. Hubungan romantik pada remaja bertujuan untuk meng-explore
seberapa menarik dirinya, bagaimana mereka harus secara romantis
berinteraksi dengan seseorang, dan bagaimana semuanya itu terlihat pada
peer groupnya (Brown,1999). Dari penjelasan tersebut, pacaran dilihat
sebagai suatu cara untuk mencari tau hal-hal yang berkaitan dengan
dirinya. Masalahnya adalah : bagaimana jika hubungan itu gagal? Sebagai
seorang remaja yang memiliki emosi naik turun atau labil, apa dampak
yang akan terjadi dan apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi
kegagalan tersebut?
Cinta selalu dapat membangkitkan semangat kita dan seringkali membuat
kita pusing. Kesenangan yang dialami oleh remaja saat masa berpacaran,
dapat berubah ketika mereka sudah dewasa. Ketika dewasa, seseorang
sudah tidak melihat lagi hal-hal yang tampak seperti penampilan fisik
pasangannya. Mereka lebih memikirkan hal-hal yang penting untuk masa
depan kedua belah pihak serta menyelesaikan masalah secara dewasa.
Berbeda dengan orang dewasa, hal yang masih menonjol pada remaja adalah
perasaannya. Jarang sekali remaja yang pertama kali berpacaran
dimotivasi untuk memikirkan masa depan.
Emosi seseorang dimainkan saat menjalani kedekatan dengan seseorang.
Disinilah seorang remaja perlu berhati-hati. Seringkali susah untuk
menyeimbangkan antara emosi dan logika. Di awal remaja menjalani
hubungan romantik, remaja sering hanya mencari kenyamanan dan pergi
keluar bersama-sama dengan kelompok dari jenis kelamin yang berbeda
(Santrock, 2006). Remaja seringkali hanya butuh dicintai dan mencintai
pasangannya, tetapi disatu sisi sebenarnya ada hal yang lebih penting
dari pacaran dan juga membutuhkan pikiran yang dewasa yaitu menerima
pasangan apa adanya dan memikirkan apakah orang yang kita pilih
memiliki prinsip-prinsip hidup yang sesuai dengan kita atau tidak.
Itulah yang dinamakan dengan cinta yang sudah dewasa.
Seorang remaja yang baru pertama kali menjalin hubungan atau pacaran,
ia akan berusaha untuk tampil sebegitu rupanya sehingga dapat
menyenangkan pasangannya. Ia menampilkan sisi baiknya, penampilan
terbaiknya, sifat yang baik dan segala sesuatu dari dirinya yang baik.
Mau tidak mau perasaan dan emosi bermain disini dan hal tersebut
menumbuhkan keterikatan yang lebih mendalam lagi antara keduanya.
Disinilah dapat terjadi masalah. Ketika remaja diperhadapkan kepada
situasi lain seperti pasangannya dekat dengan orang lain, sifat
pasangan yang tadinya baik jadi cuek, dan sebagainya, hal ini dapat
membuat orang yang memgalami itu kecewa. Jika sudah kecewa, emosi yang
tadinya baik-baik saja dan perasaan yang sedang berbunga-bunga dapat
berubah seketika. Ia dapat merasa tidak dihargai, tidak diinginkan
lagi, dan dapat berujung kepada hal-hal yang tidak diinginkan seperti
stres lalu bunuh diri. Jika kita mencoba terlalu keras untuk menjadi
seorang pasangan yang sempurna, kita akan membentuk kecenderungan dasar
dan membentuk ketegangan (Girdano, 2005).
Emosi dalam hubungan percintaan bagimanapun juga mudah diserang,
khususnya pada remaja. Pikiran dan perasaan seseorang yang belum dewasa
ketika pacaran menjadi tidak stabil dan seringkali menimbulkan stres
ketika diperhadapkan dengan masalah-masalah yang ada. Stres dalam
hubungan seseorang datang sebagai hasil dari kombinasi kegagalan karena
harapan tidak tercapai dan kegagalan untuk mendapatkan apa yang kita
mau (Girdano, 2005). Jika remaja gagal dalam menjalin hubungan, tidak
jarang mereka frustasi dan marah karena tidak mendapatkan apa yang
mereka inginkan. Mereka tidak mengerti mengapa itu bisa terjadi karena
masih diliputi perasaan sedih dan ketidakdewasaan dalam berpikir.
Perasaan sedih tersebut dapat berkelanjutan dan membuat seseorang
menjadi frustasi bahkan depresi. Seseorang dapat merasa sedih, murung,
patah hati, kehilangan minat dan kegembiraan, ganguan tidur termasuk
sulit tidur, terbangun di malam hari, ganguan nafsu makan, merasa tak
berguna, merasa bersalah, sukar berkonsentrasi, sukar mengambil
keputusan, pandangan masa depan suram, dan pesimistis. Hal-hal tersebut
mungkin terjadi pada remaja dimana sebagian besar remaja masih dalam
kondisi yang tidak stabil.
Ketika remaja menghadapi situasi baru, dimana ia baru pertama kali
gagal dalam menjalin sebuah hubungan, mereka cenderung akan merasa
berat untuk menjalaninya. Persepsi kita terhadap sebuah hubungan
membentuk model tersendiri yang dapat berdampak pada stres, kesehatan
dan kebahagiaan kita (Girdano, 2005). Persepsi seseorang dengan orang
lain dapat jadi berbeda-beda dan hal itu juga akan menimbulkan kadar
stres yang berbeda pula antara satu orang dengan yang lainnya. Ketika
remaja melihat kegagalan sebagai suatu hal yang buruk, maka yang akan
terjadi adalah ia menanamkan pikiran bahwa ia tidak berguna lagi,
pesimis, tidak ingin hidup lagi, dan sebagainya. Jadi tidak heran
ketika kita membaca judul-judul koran yang mengatakan bahwa remaja
bunuh diri karena diputusin pacar, remaja lompat dari atas gedung
karena diputusin pacar, dan sebagainya. Sebaliknya, jika remaja melihat
kegagalan sebagai awal dari keberhasilan, ia tidak akan merasa putus
asa karena kegagalan tersebut, justru ia akan menjadi lebih baik karena
pengalaman-pengalaman yang sudah ia lewati dan menggunakan kegagalan
tersebut sebagai pelajaran dikemudian hari. Lihatlah perbedaan tersebut.
Perubahan dari situasi yang lama kepada situasi yang baru memang
seringkali membawa dampak tersendiri bagi setiap orang yang
menjalaninya. Seperti yang dikatakan Girdano diatas, stres juga
berdampak pada kesehatan. Ketika remaja stres karena kegagalan dalam
menjalin hubungan, mereka cenderung putus asa dan sedih. Hal ini dapat
mempengaruhi pola makannya. Biasanya, orang yang sedang sedih
kehilangan nafsu makan. Tentu saja ini tidak baik bagi kesehatannya.
Jika itu berlangsung lama dapat membuat seseorang tidak dapat berpikir
jernih, berlarut-larut dalam kesedihan tersebut bahkan terkena
penyakit. Ia tidak dapat berpikir logis dan menjadi cepat emosi. Orang
yang mengalami stres tidak mungkin mengalami kesejahteraan pikiran
sebab pikirannya bercabang antara minat-minat yang layak dan
pikiran-pikiran yang merusak (Gintings, 1999). Oleh karena itu, selama
pikiran yang merusak itu masih berada dalam pikiran kita dan kita
berlarut-larut dengan hal tersebut, seseorang tidak dapat berpikir
jernih untuk melihat sesuatu dari segi positifnya. Ketika remaja
mengalami hal ini, ia tidak dapat berkonsentrasi belajar, mengurung
diri di kamar, tidak mau melakukan apa-apa, menangis, melamun, dan
murung.
Cinta tidak berasal dari otak kiri seseorang yang dapat memproduksi
hal-hal yang bersifat logikal atau analitikal, tetapi ia berasal dari
otak kanan dimana perasaan lebih menonjol daripada berpikir
(Girdano,2005). Bayangkan jika remaja terlalu memiliki perasaan yang
mendalam kepada pasangannya dan kehilangan kemampuan untuk berpikir
logis ketika ia diperhadapkan dengan situasi yang berbeda. Apa reaksi
yang akan dikeluarkan? Mungkin akan berujung kepada stres karena ia
tidak mendapatkan apa yang ia mau dan harapannya selama ini tidak
tercapai. Perasaan yang menonjol akan membuat remaja merasakan sakit
hati dan kecemburuan yang tinggi bila harapannya tidak tercapai. Sumber
stres yang paling jelas adalah pertengkara dan hal itu mempnyai
kapasitas untuk menghancurkan hubungan dan menimbulkan tekanan emosi
seperti takut, marah dan sakit hati (Girdano, 2005). Jika seseorang
sudah sampai pada titik pertengkaran, ia dapat berada dalam situasi
yang membuat ia tertekan jika tidak dihadapi dengan benar. Jika itu
terjadi pada remaja, mereka akan merasakan tekanan emosi yang begitu
hebat karena pada saat itu remaja sedang berada dalam emosi yang labil.
Bagaimanapun juga, remaja perlu berhati-hati dalam menentukan dan
memutuskan segala sesuatu.
Setelah mengetahui apa itu stres, sumber stres dan reaksi-reaksi
stress, lalu pertanyaan berikutnya yang muncul adalah : bagaimana cara
kita untuk menghadapi dan mengatasi masalah tersebut sebagai seorang
remaja? Perubahan situasi dari situasi yang menyenangkan ke situasi
yang tidak menyenangkan bagaimanapun juga memang susah untuk dihadapi.
Tetapi ada banyak pilihan dalam kehidupan ini. Apakah kita mau terus
terpuruk atau bangkit dari keterpurukan itu? Jawabannya ada pada diri
masing-masing individu. Mari kita belajar untuk mengenali dahulu
reaksi-reaksi stress dan sumber stres yang kita hadapi. Setelah itu hal
selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengatasi atau menanggulangi
stres dengan berbagai cara yang ada dan yang terakhir adalah
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut ini kita akan melihat hal-hal apa saja yang dapat dilakukan
oleh remaja untuk mengurangi stres ketika mengalami kegagalan. Hal
pertama yang harus dilakukan adalah mengubah cara pandang kita terhadap
sesuatu. Satu-satunya masalah yang harus kita hadapi ialah memilih
pikiran yang tepat (Soekrama,2001). Pikiran kitalah yang menentukan
akan menjadi seperti apa kita. Jika kita berpikir kegagalan dari sudut
pandang yang buruk, kita akan berpikir bahwa kegagalan merupakan akhir
dari segalanya. Hal selanjutnya yang akan terjadi adalah kita merasakan
kesedihan yang luar biasa, sakit hati yang tidak bisa kita terima, lalu
kita akan marah, kecewa, nangis dan sebagainya. Pikiran kita membentuk
kita menjadi seseorang yang pesimis dan tidak berdaya. Sebaliknya, jika
kita memandang kegagalan sebagai sesuatu yang positif, kita akan
menenukan diri kita yang bersemangat untuk menatap masa depan.
Kegagalan akan dilihat sebagai suatu pelajaran bila kita berpikir
positif. Ketika menghadapi situasi yang sama di lain waktu, kita akan
manjadi lebih dewasa dalam menyikapi masalah yang ada.
Orang tidak akan menderita karena apa yang terjadi, tapi menderita
karena pendapatnya sendiri tentang apa yang terjadi (Soekrama, 2001).
Hal yang bisa kita lakukan mulai saat ini adalah mengatakan pada diri
sendiri apa yang mau kita lakukan dan meyakininya. Sebagai contoh, kita
dapat mengatakan, “Hari ini saya mau memperkuat pikiran saya. Saya akan
mempelajari sesuatu yang berguna. Saya tidak akan jadi orang yang
lemah. Saya akan belajar memaafkan”. Pikiran dan keyakinan tersebut
akan membawa kita kepada hari-hari yang menyenagkan buat kita. Kita
harus berpikir dan bertindak dengan sukacita, karena dengan begitu kita
akan merasa gembira. Bayangkan jika kita melihat suatu kegagalan
sebagai suatu yang buruk. Pikiran kita akan dipenuhi dengan
masalah-masalah, emosi yang tinggi dan tekanan. Hal tersebut tentu saja
akan menggangu kehidupan sehari-hari yang kita jalani. Hari-hari kita
akan berjalan berat dan kita akan merasa letih untuk menjalani
hari-hari ke dapan.
Hal lain yang dapat kita lakukan untuk menghadapi stres karena
kegagalan adalah menerima kenyataan. Bersedialah menerima apa adanya,
sebab menerima apa yang terjadi adalah langkah pertama untuk mengatasi
segala akibat kemalangan yang menimpa (Soekrama, 2001). Menerima
kenyataan mungkin tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi
bagaimanapun juga kita harus mencoba dan berlatih untuk menerima
kenyataan. Mungkin dalam kasus ini, waktu sangatlah dibutuhkan. Tidak
gampang bagi seseorang untuk melupakan kenangan-kenangan yang sudah
dilalui bersama pasangannya. Tetapi bagaimanapun juga, kita tidak boleh
berlarut-larut karena hal tersebut. Itu hanya akan membawa kita terjun
lebih dalam lagi kepada pikiran-pikiran yang tidak berguna dan membuat
kita lemah. Seiring berjalannya waktu, kita pasti dapat menghadapi
kenyataan. Jika kita mengabaikan dan menolak kenyataan sehingga kita
sendiri jadi senewen, ini tidak akan mengubah kenyataan tersebut
(Soekrama, 2001). Ketika kita menghadapai suatu kegagalan dalam
menjalin hubungan dan kita menjadi marah, hal tersebut tetap tidak akan
mengubah kenyataan tersebut. Pilihannya kembali ke diri masing-masing
kita. Apakah kita akan menerima kenyataan dan berpikir bahwa masih ada
jalan yang lebih baik di depan sana ataukah kita memilih untuk
membebani pikiran kita dengan kegagalan tersebut dan berlarut-larut
dalam kesedihan.
Dalam menerima kenyataan, hal yang perlu diperhatikan juga adalah bahwa
kita tidak boleh mengasihani diri kita sendiri. Seringkali pada remaja
yang mengalami kegagalan, mereka terlalu mengasihani diri sendiri
karena tidak mendapatkan apa yang diinginkannya sehingga berujung pada
depresi bahkan ada yang bunuh diri. Hal tersebut justru akan lebih
menambah beban pada diri sendiri. Berpikir bahwa kita gagal, bahwa kita
tidak sanggup menjalani hari-hari ini tanpa kehadirannya lalu
menyesalinya, menangis dan berkata bahwa kita tidak sanggup menjalani
kehidupan ini, itulah salah satu bentuk mengasihani diri sendiri. Kita
tidak boleh terpengaruh oleh keinginan untuk mengasihani diri sendiri
dan ketakutan, tetapi terus saja belajar (Soekrama, 2001).
Hal berikut yang dapat kita lakukan adalah menarik pelajaran dari
kegagalan yang telah kita perbuat. Cobalah untuk menganalisa hal-hal
apa yang membuat kegagalan itu terjadi dan coba pikirkan apa baik
buruknya dari kegagalan tersebut. Dari kebiasaan tersebut, kita dapat
melatih diri kita untuk selalu melihat bahwa dibalik semua hal yang
terjadi, pasti ada pelajaran yang dapat diambil dan yakinilah itu.
Orang bijaksana tidak pernah meratapi kegagalannya tapi dengan gembira
hati mencari jalan bagaimana bisa memulihkan kembali kerugian yang
dideritanya (Soekrama, 2001). Kita pun juga dapat belajar menjadi orang
bijaksana tersebut. Jangan merisaukan hal-hal yang telah terjadi. Hal
itu hanya akan menghalangi kita untuk terus maju ke depan.
Salah satu cara lain yang dapat dilakukan remaja untuk mengatasi rasa
stres adalah dengan menyibukkan diri. Kesedihan hati dapat disembuhkan
dengan jalan menyibukkan diri (Soekrama, 2001). Walaupun tidak
sepenuhnya kita dapat melupakan masalah dengan kesibukan yang kita
lakukan, tetapi ini adalah salah satu cara agar kita tidak termakan
oleh situasi dan perasaan yang membebani pikiran kita. Kebanyakan orang
akan menjadi sedih apabila sedang berada di waktu santai. Kita
cenderung memikirkan apakah kita bahagia atau tidak. Sebagai seorang
remaja, banyak sekali kegiatan yang dapat dilakukan untuk menyibukkan
diri. Tentu saja harus menyibukkan diri dengan hal-hal yang positif.
Kita bisa memilih untuk aktif dalam organisasi, menyalurkan minat kita
seperti bermain musik, olahraga, menari, melukis, membaca, dan
sebagainya. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk menyibukkan diri.
Jika hal itu kita lakukan, kita dapat mengurangi stres yang kita hadapi.
Hal terakhir yang dapat kita lakukan adalah berdoa sesuai dengan agama
masing-masing. Pentingnya doa secara psikologis adalah agar kita
mendapat ketenangan dan dapat melewati suatu kelepasan dari ketegangan
dan pergumulan (Gintings, 1999). Dengan menjaga tingkat spiritualitas
kita, kita dapat mencari ketenangan ditengah-tengah keributan,
keramaian, serta kesibukan yang ada didunia ini. Ketika berhubungan
dengan Sang Pencipta, kita dapat menyerahkan segala kekhawatiran dan
masalah-masalah kita. Kita akan senantiasa mendapat kekuatan untuk
menghadapi segala hal yang terjadi dalam kehidupan kita. Tidak ada
alasan bagi kita untuk tetap stres jika kita sudah berhadapan dengan
Sang Pencipta.
Sebagai seorang remaja, kegagalan harus dilihat sebagai suatu
pelajaran. Ketika sudah dewasa, pengalaman-pengalaman yang telah
dialalui dapat menjadi pengalaman berharga. Kita semakin dibentuk utnuk
menjadi dewasa dengan adanya kegagalan-kegagalan tersebut. Jadi kita
tidak perlu takut, cemas ataupun khawatir akan kegagalan yang dihadapi.
Ada banyak cara untuk mengatasi stres akibat kegagalan dalam menjalin
hubungan dengan seseorang. Sekarang tinggal bagaimana sebagai seorang
remaja, kita memilih cara yang sesuai dan tepat untuk mengatasi stres.
Jumat, 18 November 2011
Rabu, 16 November 2011
cara berfikir yang dewasa:
cara berfikir dewasa itu kalo menurut saya
bukan dilihat dari cara bergaya atau cara berbicara
bukan juga cara berfikir dia, tapi dilihat dri cara
berjalan dia,,
banyak ya kbanyakan pandai bicara tapi belum ten tu
dia menguasai yang dewasa, tapi terserah ya kalo masalah bergaya
gda masalah kalo buat saya
saya pernah ya punya kwan tu cra bergaya tu kya masih
kanak2 tapi belum tentu yang ber gaya kanak kanak tu
belum berfikir dewasa
pkiran dia tu gimna supaya bpa ma sya tu sneng
tiap gajian dit dikirim ga perna buat yng
aneh2 tu bantu adek nya skola juga kalo saya
belum tentu mampu yah tapi cara gaya diaja kya
kanak2 orangnya baik kawn lg ada msala pun mau bantu loo
jarang gwe ktemu kawan kya dia,kebanyakan gayanya aja
dewasa tapi cranya berjalan masi salah klo saya rasa masi
belum berfikir dewasatu mapu berfikif tapi lum mapu berjalan
<<<kalo saya ni sebenarnya malu masi malu mau ngomongin hal
yag uda dewasa karna sya pun belum mampu mengusainya
tapi gpp buat pengetauan aja.. eheheh
cra berjalan saya pun masih gak karuan kok
cuma mampu berfikir tapi belum mampu
berjalan, kalo menuru sya cra berbicara dia ok
dewasa berikan solusi yg dewasa ok
tapi cra dia ber jalan salah itu belum dewasa ya
masi suka hura huru tapi ngmong nya dewasa
hemmmmm kalo saya rasa itu belum dewasa
orang yang ber fikir dewasa itu mampu berjalan buat
masa depan kita ,, kitakan gak selamanya terus begini
yang terutama itu kalo saya buat urang tua kita seneng
itu uda cuku tapi masi kurang juga kalo cuma itu aja .
cara berfikir dewasa itu kalo menurut saya
bukan dilihat dari cara bergaya atau cara berbicara
bukan juga cara berfikir dia, tapi dilihat dri cara
berjalan dia,,
banyak ya kbanyakan pandai bicara tapi belum ten tu
dia menguasai yang dewasa, tapi terserah ya kalo masalah bergaya
gda masalah kalo buat saya
saya pernah ya punya kwan tu cra bergaya tu kya masih
kanak2 tapi belum tentu yang ber gaya kanak kanak tu
belum berfikir dewasa
pkiran dia tu gimna supaya bpa ma sya tu sneng
tiap gajian dit dikirim ga perna buat yng
aneh2 tu bantu adek nya skola juga kalo saya
belum tentu mampu yah tapi cara gaya diaja kya
kanak2 orangnya baik kawn lg ada msala pun mau bantu loo
jarang gwe ktemu kawan kya dia,kebanyakan gayanya aja
dewasa tapi cranya berjalan masi salah klo saya rasa masi
belum berfikir dewasatu mapu berfikif tapi lum mapu berjalan
<<<kalo saya ni sebenarnya malu masi malu mau ngomongin hal
yag uda dewasa karna sya pun belum mampu mengusainya
tapi gpp buat pengetauan aja.. eheheh
cra berjalan saya pun masih gak karuan kok
cuma mampu berfikir tapi belum mampu
berjalan, kalo menuru sya cra berbicara dia ok
dewasa berikan solusi yg dewasa ok
tapi cra dia ber jalan salah itu belum dewasa ya
masi suka hura huru tapi ngmong nya dewasa
hemmmmm kalo saya rasa itu belum dewasa
orang yang ber fikir dewasa itu mampu berjalan buat
masa depan kita ,, kitakan gak selamanya terus begini
yang terutama itu kalo saya buat urang tua kita seneng
itu uda cuku tapi masi kurang juga kalo cuma itu aja .
Dewasa dalam berpikir dan bertindak
Dalam beberapa hari ini saya merasa diri saya merasa tidak berharga, hal ini disebabkan oleh pikiran-pikiran yang merasauki saya. Sebagai contoh, saya tidak begitu enjoy dengan gaji yang saya terima jika saya membandingkan diri saya dengan orang lain, ada orang yang kelihatannya sombong dengan wajah merendahkan orang, dan saya merasa saya itu tidak bias menempatkan diri dalam kelompok. Semakin saya pikiri hal ini semakin sedih rasanya hati saya dan emosi mulai membara dalam hati ini. Setelah saya piker-pikir lebih dalam lagi tidak ada gunanya saya memikirkan masalah itu, tapi lebih baik saya mencari apa yang menjadi penyebab dari akibat yang saya rasakan ini.
Dalam tulisan yang terdahulu saya sudah menuliskan bahwa bagaimana cara kita memandang dunia begitulah kita jadinya. Setelah saya analisa penyebab dari semua ini adalah bahwa saya tidak dewasa dalam berpikir dan bertindak. Sekarang kita definisikan dulu dewasa itu apa ? dewasa adalah melakukan sesuatu dengan cara berpikir sebelum bertindak dan mampu menempatkan segala sesuatunya pada tempatnya. Contoh dari berpikir sebelum bertindak yang saya lakukan adalah :tidak punya perencanaan sebelum bekerja, banyak chating dan baca berita, kurang koordinasi dengan rekan kerja. Untuk berubah maka saya harus merubah ketidak dewasaan saya dalam ketiga hal diatas kea rah yang lebih baik.
Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana saya merubah ketiga hal tersebut ? saya mulai belajar dari alkitab, dalam kitab Amsal 14:23 dikatakan “Dalam jerih payah ada keuntungan, tetapi kata-kata belaka mendatangkan kekurangan saja”. Selama saya bekerja jarang saya bekerja dalam jerih payah, makanya saya tidak untung, dan saya sering chating hanya membahas hal-hal yang tidak perlu makanya saya banyak kekurangan, misalnya kurang persiapan masa depan, seiring dengan waktu dan umur yang sudah makin tua saya makin sadar banyak yang kurang dalam diri saya, padahal seharusnya saya sudah bias ini dan itu.
Formulanya sudah dapat dalam Amsal 14:23, yang menjadi pertanyaan bagaimana caranya supaya saya bekerja dalam jerih payah ?. Jawabannya adalah :
JERIH PAYAH ——–>KINERJA OPERASIONAL ——>KEUNTUNGAN
Dengan formula ini dapat disimpulkan dengan jerih payah maka kita harus menentukan kinerja operasional dari jerih payah untuk mencapai target keuntungan. Kinerja operasional yang dimaksud disini adalah indicator-indikator yang membuat saya jerih payah untuk mencapai target, indikator tersebut adalah waktu, kecepatan, ketepatan. Dari indikator ini maka saya akan membuat rencana kerja, dimana setiap rencana yang saya buat akan saya nilai berdasarkan indikator tersebut. Setelah setiap rencana kerja saya laksanakan makan akan saya nilai apakah target keuntungan tercapai atau tidak.
Langganan:
Postingan (Atom)